“Ini... dimana?”
Aku membelalakkan mataku, kaget. Kalau tidak salah aku baru sepuluh menit yang lalu tertidur. Mengapa saat bangun, aku seperti berada di tempat lain?
Aku melihat sekeliling. Merah, semua merah. Ini bukan bumi. Ini bukan planet yang biasa aku tinggali. Ini bukan dunia yang sejak sepuluh menit lalu aku hidupi. Ini tempat asing. Tempat lain. Tempat yang entah ada di mana, di dimensi apa. Aku tak tahu tempat apa ini.
Pelan, aku bangun dari tempatku terduduk semula. Sial. Baru sadar aku bukan tidur di kamarku. Ini jelas aku seperti nyangsang di tempat ini. Dunia merah yang semuanya merah. Aku mengucek kedua mataku dengan kasar, berharap hanya penglihatanku saja yang salah. Tidak, tetap merah.
“Tolooong!” aku mencoba berteriak. Sambil berjalan cepat menelusuri jalan, aku terus berteriak. Berharap ada siapapun itu akan datang, muncul membantuku untuk pulang atau setidaknya menjelaskan dunia apa sebenarnya ini.
Sepi. Tak ada yang menyahut. Tak ada satupun makhluk yang terlihat di sini. Aku baru sadar bahwa aku sendiri. Dunia apakah ini? Mengapa aku harus terkirim ke sini? Aku benci sendiri seperti ini! Aku harus cepat mencari jalan keluar, untuk segera keluar dan kembali ke duniaku. Aku adalah manusia, dan manusia adalah makhluk sosial. Aku tak bisa kalau harus hidup sendiri seperti ini.
“Jangan panik.” Aku berucap untuk diriku sendiri. Bagaimana tidak panik kalau sendiri terpelanting ke tempat yang tidak tahu dimana letaknya seperti ini? Sendiri pula! Kutukan macam apa ini? Apakah waktu berputar sangat cepat saat aku tertidur tadi ataukah ada pergerakan tempat entah seperti apa. Ini aneh. Sangat aneh.
Aku menengadah ke langit. Sama. Awan, langit, semua sama. Bedanya tidak berwarna biru. Melainkan kuning-oranye seperti saat senja. Atau memang ini sudah senja? Aku melihat jamku. Tapi ternyata mati. Aneh, padahal aku baru saja mengganti baterenya minggu lalu. Tidak mungkin mati secepat itu. Apakah itu benar langit? Ataukah hanya terlihat seperti langit dan awan saja?
Aku melihat ke suatu tempat ke ujung jalan. Bukankah itu bunga? Aku setengah berlari menuju bunga tersebut. Selain karena semuanya merah, ini mirip sekali dengan bunga di bumi. Aku mencoba memegangnya.
Tapi bunga itu mendadak menguncup, mengering, menyusut menjadi kecil. Aneh. Awalnya kukira seperti tumbuhan putri malu. Tapi bunga ini malah mengecil, kecil sekali. Benda apa ini? Aku memegang bunga lain yang masih mekar. Sama. Bunga tersebut menguncup, menyusut, mengecil. Apakah ini tumbuhan baru? Atau memang ini bukan tumbuhan, tapi benda asing yang memang hidup di dunia asing ini.
Aku menengok ke belakang dengan cepat. Ada suara seperti gesekan dari arah belakangku. Ada yang bergerak. Tapi tak terlihat apapun. Badanku merinding. Ini sebenarnya tempat seperti apa? Benda-benda apa saja yang tinggal di dalamnya selain gedung-gedung merah, langit oranye, serta bunga merah yang menyusut itu?
Suara gesekan terdengar semakin keras. Aku menengok ke belakang kiri dan kananku semakin cepat dan waspada.
Mereka akhirnya menampakkan diri. Tiga sosok kurus, kecil, tinggi mirip seperti pithecantrophus dengan rahangnya yang khas dan berkaki besi. Tapi sekujur badan mereka semuanya merah, serta berwajah tidak menyenangkan. Mereka mendekatiku dan aku terlalu shock bahkan untuk berbalik dan kabur. Mereka mengangkat senjata yang diambil dari punggung mereka, berbentuk seperti panah yang besar dan gemuk, yang sepertinya berfungsi seperti rudal. Ujung panah mereka mengarah ke mukaku. Dengan muka menakutkan mereka siap untuk menghabisiku dari tempat mereka berdiri sekarang.
Aku memejamkan mata.
Tidak mau melihat apalagi yang terjadi selanjutnya.
--
lanjutin kapan-kapan kalo udah foto pake redscale lagi. mwahahaha.