Sharing: Memasukkan Anak ke Daycare

By Lalla Pratami - Jumat, Juli 13, 2018



Sejak daycare di kantor saya sudah fully operated, sebenarnya saya dan Rama sudah penasaran banget mau Kafka daftar di sana. Beberapa alasan kami adalah, karena daycare lebih banyak aktifitas dan testimoni dari anak teman-teman Rama yang memasukkan anaknya di kantor Rama, anaknya jadi aktif dan berani. Aktif dan berani adalah harapan saya dan Rama untuk Kafka, simply karena kita berdua anaknya malu-malu dan cenderung pasif.

Saat itu sebenarnya saya masih punya bala bantuan yang mengurus Kafka di rumah tiap hari. Tapi, dengan umur Kafka yang sudah lewat 2 tahun saat itu, dia masih belum lancar dan belum jelas bicara.  Tentu saja karena lebih banyak dikasih nonton tv, walaupun katanya sih gak nonton melulu. One of the risk of being a working mother.

Jadi ketika yang bersangkutan resign dari rumah kami (gak perlu lah ya diceriyain dramanya, lol), memasukkan Kafka ke daycare jadi pilihan pertama. Padahal, saat itu Kafka juga sudah sekolah preschool dengan tujuan utama melancarkan bicara. Jangan bayangkan gimana hari-hari saya diantara kerja, ngurus anak, daycare, dan antar-jemput sekolah, ya. Mungkin bagian ini ada kisahnya sendiri nanti :))

Seminggu pertama di daycare tuh drama banget, tiap pagi ada cirambay gak mau pisah di depan pintu daycare. Dan pas siang jenguk, anaknya malah drama banget! Ternyata malah tidak jenguk dia di daycare adalah pilihan terbaik, karena kalau gak dijenguk anaknya gak drama sama sekali.

Minggu-minggu berikutnya, Kafka mulai merasa nyaman di daycare. Di rumah sudah bisa cerita tentang Miss dan teman-temannya. Sudah bisa minta “Akka mau ke daycare aja ya” di pagi hari. Karena daycare berada di kantor saya, Kafka senang banget kalau pulang daycare saya ajak ke meja kerja, atau sekedar ambil ice cream (oh, kalau ini kesukaannya sih ya), dan dia bisa cerita ke Rama ketika di rumah tentang hal-hal menarik apa saja yang dia temui di kantor Bunda.



In only within few months, Kafka dari yang ngomong masih cenderung babbling tidak jelas, jadi lancar dengan banyak kosakata baru dan semakin jelas pronounciationnya. Not to mention, sekarang sudah super bawel in a positive way.

Karena di daycare juga diajarkan disiplin, cara makan Kafka jadi jauh lebih teratur. Belum lagi perubahan simpel seperti, masuk rumah langsung lepas sepatu dan simpan di tempatnya, terbiasa sharing barang dengan orang baru, serta berani di lingkungan atau orang-orang baru.

ikutan Bunda call dulu


Tapi, dengan Kafka ikut daycare, setiap hari harus siap dengan rutinitas kerempongan pagi hari untuk siap-siap ke kantor & daycare. Belum lagi kalau sekolah, mesti antar jemput sendiri—ditambah pula kalau lagi ada meeting di jam jemput sekolah; pilihannya tinggal pamit dari meeting dulu, minta skype meeting, atau minta Rama izin dari kantor supaya bisa jemput sekolah dan antar ke daycare. Kalau pulang kantor masih ada acara atau sekedar dinner pun, Kafka mau gak mau diajak ikut ke acara itu. Untungnya, dia tipe anak yang bisa enjoy di lingkungan baru. Yang penting siap-siap bawa mobil atau kereta aja di tas buat senjata kalau mulai bosan.

Overall, we think it’s the best decision to let Kafka join Daycare. In less than a year, he has become more mature, brave,  much much active and smart, and had consideration to people around him. Good job, Kafka. Dont stop to grow up well, would you?

  • Share:

You Might Also Like

0 COMMENT;