Fight The Future - Katakan dengan Cornetto!
By Lalla Pratami - Jumat, Maret 25, 2011
Berdampingan dengan daging merah. Beku. Diam. Tak sempat mencair. Empat minggu sudah Cornetto Disc Strawberry Cheesecake tinggal di sana. Di dalam kotak bersuhu rendah bernama freezer. Sudah waktunya eskrim itu melihat dunia luar yang hangat.
Waktu memang berputar sungguh cepat. Apakah kecepatan detik kini sungguh bekerja lebih cepat, aku tidak tahu. 1095 hari sudah padahal otakku hanya dipenuhi tiga hal. Kamu, kamu, dan kamu.
Kesempatan tidak hanya sekedar ditunggu untuk datang, kadang juga harus dikejar untuk diciptakan. Hey, apa adegan empat minggu lalu sebenarnya adalah sebuah kesempatan? Dia memberikan satu cone terakhir untukku yang berdiri termenung di sebelahmu. Katanya mukaku seperti anak kecil yang memohon untuk memiliki eskrim di tangannya. Padahal ketika melihatmu berdiri di sana, bukan eskrim lagi yang sangat aku inginkan.
Kamu, kamu, dan kamu. Entah apa yang memacu, rasaku padamu kini membludak. Berontak minta didengarkan, marah ingin disampaikan. Kamu pasti sedang latihan Aikido di Dojo dua puluh meter dari rumahku. Haruskah aku berlari, mengejar untuk menciptakan kesempatan malam ini?
So much to say but I won't make it quick.
Tidak boleh begini. Semua harus tersusun rapi. Jangan sampai menyesal dan sia-sia. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sekedar menyimpan rapi ini semua. Jangan mengacaukannya karena ego semata.
Tapi apakah kesempatan memiliki expired date? Bagaimana kalau bukan malam ini, harapan yang ditabung itu akan terbuang sia-sia. Aku juga ingin berusaha. Aku tak lagi sekedar hanya menunggu. Cornetto ini bukti penantian yang mulai lelah. Ketakutanku seolah sedang cuti malam ini, cuma ada keberanian yang bekerja.
Belum terlambat untuk berlari. Rasa memang terkadang di luar logika. Cornetto mulai mencair, tapi tidak denganku. Tekadku semakin bulat. Aku benar-benar berlari, menjemput sepaket keberanian, kegilaan, kesempatan dan harapan pada seorang pria yang baru saja keluar dari pintu kaca di seberang jalan.
Aku mendekati kamu. Cornetto Disc Strawberry Cheesecake di tanganku. Satu, dua kali nafas kuatur berirama.
Semua yang tertahankan. Tak sanggup terucap. Rasa, angan, bergerumul ingin terbuang. Terkumpul menggunung bersama penasaran, gengsi dan keinginan untuk memiliki. Aku menyusun kalimat. Kata demi kata tersambung berharap akan terdengar indah. Terlebih penting tanpa ambigu di dalamnya.
Waktu memang berputar sungguh cepat. Apakah kecepatan detik kini sungguh bekerja lebih cepat, aku tidak tahu. 1095 hari sudah padahal otakku hanya dipenuhi tiga hal. Kamu, kamu, dan kamu.
Kesempatan tidak hanya sekedar ditunggu untuk datang, kadang juga harus dikejar untuk diciptakan. Hey, apa adegan empat minggu lalu sebenarnya adalah sebuah kesempatan? Dia memberikan satu cone terakhir untukku yang berdiri termenung di sebelahmu. Katanya mukaku seperti anak kecil yang memohon untuk memiliki eskrim di tangannya. Padahal ketika melihatmu berdiri di sana, bukan eskrim lagi yang sangat aku inginkan.
Kamu, kamu, dan kamu. Entah apa yang memacu, rasaku padamu kini membludak. Berontak minta didengarkan, marah ingin disampaikan. Kamu pasti sedang latihan Aikido di Dojo dua puluh meter dari rumahku. Haruskah aku berlari, mengejar untuk menciptakan kesempatan malam ini?
So much to say but I won't make it quick.
Tidak boleh begini. Semua harus tersusun rapi. Jangan sampai menyesal dan sia-sia. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sekedar menyimpan rapi ini semua. Jangan mengacaukannya karena ego semata.
Tapi apakah kesempatan memiliki expired date? Bagaimana kalau bukan malam ini, harapan yang ditabung itu akan terbuang sia-sia. Aku juga ingin berusaha. Aku tak lagi sekedar hanya menunggu. Cornetto ini bukti penantian yang mulai lelah. Ketakutanku seolah sedang cuti malam ini, cuma ada keberanian yang bekerja.
Belum terlambat untuk berlari. Rasa memang terkadang di luar logika. Cornetto mulai mencair, tapi tidak denganku. Tekadku semakin bulat. Aku benar-benar berlari, menjemput sepaket keberanian, kegilaan, kesempatan dan harapan pada seorang pria yang baru saja keluar dari pintu kaca di seberang jalan.
Aku mendekati kamu. Cornetto Disc Strawberry Cheesecake di tanganku. Satu, dua kali nafas kuatur berirama.
Semua yang tertahankan. Tak sanggup terucap. Rasa, angan, bergerumul ingin terbuang. Terkumpul menggunung bersama penasaran, gengsi dan keinginan untuk memiliki. Aku menyusun kalimat. Kata demi kata tersambung berharap akan terdengar indah. Terlebih penting tanpa ambigu di dalamnya.
I'll fight the future for you. (Maybe)
--
ps; I indeed love The Trees and The Wild so bad! <3
but not ulus. lol.
Sudah berapa kali saya membahas topik ini? Maaf kalau membuat muak.
Hanya karena membuka journal untuk bahan foto di (500) days of everything, lembaran kenangan itu kembali terbuka. Tulisan menggelikan dari pikiran labil yang hampa pada saat itu, yang marah dan kesepian.

yang tengah pake flash, makanya beda sendiri :O)
Segitu pathetic nya kah saya?
Menolak untuk melebur. Meluluh untuk menyendiri. Saya bahkan hari ini bilang kalau saya adalah loner, yang direspon oleh marketing Citibank yang saya curigai adalah SM*SHBLAST itu dengan tertawa.
Teringat beberapa minggu lalu iseng bersama Indun mengunjungi peramal di daerah kota tua. Tahu apa yang ia suruh kepada saya? Untuk tidak menyimpan semuanya sendiri. Membagi. Cerita kepada orang lain untuk sekedar meringankan beban pikiran saya. "Saya tahu adek ini terlihat gembira dari luarnya saja. Di dalamnya terlalu banyak yang dipikirkan. Ada kesedihan yang tidak bisa disampaikan. Adek masih muda, jangan melulu memendam masalah. Coba membuka diri untuk menceritakan kepada orang lain," katanya. Saya curiga dia membaca blog saya sebelumnya.
Kadang saya sadar bahwa saya menyendiri karena pilihan. Yang saya pilih karena enggan memberikan isi hati dan pikiran kepada orang lain. Terlalu resah untuk sekedar menaruh kepercayaan kepada orang lain seutuhnya. Saya trauma.. dan agak paranoid.. Untung saja blog bukan berwujud manusia ya.
Menjadi penyendiri... banggakah?
Tidak juga.
Yang saya tahu, saya hanya mencoba mengenali diri sendiri.
Dan itu sungguh kata yang menjelaskan.
yah, selain galau
"We're heading for something
Somewhere I've never been
Sometimes I am frightened
But I'm ready to learn
Of the power of love."
Apa yang kau harapkan dari cinta? Masa depan? Rasa? Bahagia? I once believed in love. But then I found love is rather ridiculous. Sama seperti sekelompok pemuda yang tiap pagi berjoget gurita dalam acara musik di televisi. Menggelikan. Berlebihan. Konyol. Mungkin karena saya sedang hampa dengan perasaan yang terkadang saya telusuri kemana perginya itu. Tidak memiliki gebetan kadang juga dijadikan alasan, seolah Joseph Gordon-Levitt dan Fedi Nuril tidak cukup untuk membuktikan bahwa arah menuju perasaan itu sebenarnya ada.
Atau mungkin karena setelah melihat adegan pengakuan cinta 12 Maret lalu, saya diam-diam merasa iri.
Memang tidak ada yang lebih menyebalkan bagi single-not-ready-to-mingle seperti saya daripada melihat orang-orang asyik berpacaran. Single selalu memiliki sisi kesepian karena tidak punya pasangan untuk berbagi, saya akui itu.
Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi kalau kita tidak berusaha, ya bakal di tangan Tuhan melulu. Gak mau turun untuk diberikan ke kita.
Seperti akan memeras otak sampai semuanya kering dan menemukan sari terbaik yang dimiliki, itu juga bagaimana seseorang bekerja di bawah perasaan bertitel cinta. Dengan seunik-uniknya. Sekreatif yang kita bisa. Berharap untuk sekedar dikenang. Entah hanya ingin merasa lega, atau ingin juga memiliki.
Membawa pasukan berseragam paskibra, sang pria mengajak si wanita menuju 7-Eleven Tebet Utara. Pasukan datang, menjalankan rencana rahasia antara mereka dan pria. Si wanita tak lantas merasa bahwa pasukan ini datang atas nama pria di hadapannya, yang kemudian membentuk barisan berbentuk love. Tidak puas dengan membentuk barisan, paskibra dari SMA 79 ini lalu membentangkan bendera Katakan dengan Cornetto tepat di depan Aditya, sang pria, dan Liani, sang wanita.
Kaget? Belum cukup. Memegang mikrofon yang telah disediakan, Aditya dengan gamblang dan nyata mengutarakan apa yang selama ini dirasanya. Sayang, cinta, dan keinginannya untuk memiliki Liani. Menganalogi satu cone Cornetto Disc Strawberry Cheesecake, Aditya menawarkan hari-hari Liana dengan dirinya menjadi pacarnya. Teman-temannya heboh ikut mendukung Aditya. Mereka juga ingin Aditya dan Liani bahagia karena cinta.
she said YES!
Mungkin ini maksud Celine Dion lewat The Power of Love nya. Karena keberadaannya, mereka menemukan kebahagiaan di luar batas ekspetasi kebahagiaan mereka sebelumnya.
Sepertinya memang sudah saatnya untuk pula menemukan kebahagiaan. Dimulai dengan makan Cornetto Disc Strawberry Cheesecake dulu, mungkin? :)