"Youth cannot know how age thinks and feels. But old men are guilty if they forget what it was to be young."
-J.K. Rowling, Harry Potter & The Order of Phoenix.
Having my last 3 weeks being a twenty... and I still got much dreams that haven't been achieved.
Living in UK is one of them.
"People don't realize this, but loneliness is underrated."
Tom Hansen, (500) Days of Summer
It's not being alone that I'm afraid of. Feeling lonely when I'm around people is worse than that. Lonely because I know I don't belong there. Lonely because people keep ignoring me, and if they notice me--they do bitch to me. As far as I try so hard to be there, my heart still can't accept that. Sad, I know. But I can't ignore the feeling. I have to face this loneliness.
Because we can close our eyes to the things we don't want to see,
but we can't close our heart to the things we don't want to feel.
This is a beginning although this is an end
I got a sight of heaven and it's gone straight to my head
And the time is right for falling, this time I'm gonna fall
That's the price I must pay for a taste of your sweet love
That's the price I must pay for a taste of your sweet love
I'm gonna fall.. this time I'll fall... gonna fall....
Something in your glances puts a spell on me
As the world fades all around you're all that I can see
And the time is right for falling this time I'm gonna fall
That's the price I must pay for a taste of your sweet love
I'm gonna fall.. this time I'll fall... gonna fall....
(Ash - I'm Gonna Fall)
--
mungkin layaknya tetesan hujan,
memang begitu,
memang adanya,
dan aku terjebak dalam takdir itu;
selalu jatuh.
“Ini... dimana?”
Aku membelalakkan mataku, kaget. Kalau tidak salah aku baru sepuluh menit yang lalu tertidur. Mengapa saat bangun, aku seperti berada di tempat lain?
Aku melihat sekeliling. Merah, semua merah. Ini bukan bumi. Ini bukan planet yang biasa aku tinggali. Ini bukan dunia yang sejak sepuluh menit lalu aku hidupi. Ini tempat asing. Tempat lain. Tempat yang entah ada di mana, di dimensi apa. Aku tak tahu tempat apa ini.
Pelan, aku bangun dari tempatku terduduk semula. Sial. Baru sadar aku bukan tidur di kamarku. Ini jelas aku seperti nyangsang di tempat ini. Dunia merah yang semuanya merah. Aku mengucek kedua mataku dengan kasar, berharap hanya penglihatanku saja yang salah. Tidak, tetap merah.
“Tolooong!” aku mencoba berteriak. Sambil berjalan cepat menelusuri jalan, aku terus berteriak. Berharap ada siapapun itu akan datang, muncul membantuku untuk pulang atau setidaknya menjelaskan dunia apa sebenarnya ini.
Sepi. Tak ada yang menyahut. Tak ada satupun makhluk yang terlihat di sini. Aku baru sadar bahwa aku sendiri. Dunia apakah ini? Mengapa aku harus terkirim ke sini? Aku benci sendiri seperti ini! Aku harus cepat mencari jalan keluar, untuk segera keluar dan kembali ke duniaku. Aku adalah manusia, dan manusia adalah makhluk sosial. Aku tak bisa kalau harus hidup sendiri seperti ini.
“Jangan panik.” Aku berucap untuk diriku sendiri. Bagaimana tidak panik kalau sendiri terpelanting ke tempat yang tidak tahu dimana letaknya seperti ini? Sendiri pula! Kutukan macam apa ini? Apakah waktu berputar sangat cepat saat aku tertidur tadi ataukah ada pergerakan tempat entah seperti apa. Ini aneh. Sangat aneh.
Aku menengadah ke langit. Sama. Awan, langit, semua sama. Bedanya tidak berwarna biru. Melainkan kuning-oranye seperti saat senja. Atau memang ini sudah senja? Aku melihat jamku. Tapi ternyata mati. Aneh, padahal aku baru saja mengganti baterenya minggu lalu. Tidak mungkin mati secepat itu. Apakah itu benar langit? Ataukah hanya terlihat seperti langit dan awan saja?
Aku melihat ke suatu tempat ke ujung jalan. Bukankah itu bunga? Aku setengah berlari menuju bunga tersebut. Selain karena semuanya merah, ini mirip sekali dengan bunga di bumi. Aku mencoba memegangnya.
Tapi bunga itu mendadak menguncup, mengering, menyusut menjadi kecil. Aneh. Awalnya kukira seperti tumbuhan putri malu. Tapi bunga ini malah mengecil, kecil sekali. Benda apa ini? Aku memegang bunga lain yang masih mekar. Sama. Bunga tersebut menguncup, menyusut, mengecil. Apakah ini tumbuhan baru? Atau memang ini bukan tumbuhan, tapi benda asing yang memang hidup di dunia asing ini.
Aku menengok ke belakang dengan cepat. Ada suara seperti gesekan dari arah belakangku. Ada yang bergerak. Tapi tak terlihat apapun. Badanku merinding. Ini sebenarnya tempat seperti apa? Benda-benda apa saja yang tinggal di dalamnya selain gedung-gedung merah, langit oranye, serta bunga merah yang menyusut itu?
Suara gesekan terdengar semakin keras. Aku menengok ke belakang kiri dan kananku semakin cepat dan waspada.
Mereka akhirnya menampakkan diri. Tiga sosok kurus, kecil, tinggi mirip seperti pithecantrophus dengan rahangnya yang khas dan berkaki besi. Tapi sekujur badan mereka semuanya merah, serta berwajah tidak menyenangkan. Mereka mendekatiku dan aku terlalu shock bahkan untuk berbalik dan kabur. Mereka mengangkat senjata yang diambil dari punggung mereka, berbentuk seperti panah yang besar dan gemuk, yang sepertinya berfungsi seperti rudal. Ujung panah mereka mengarah ke mukaku. Dengan muka menakutkan mereka siap untuk menghabisiku dari tempat mereka berdiri sekarang.
Aku memejamkan mata.
Tidak mau melihat apalagi yang terjadi selanjutnya.
--
lanjutin kapan-kapan kalo udah foto pake redscale lagi. mwahahaha.
Kamu terjebak di bawah sinar. Di belakang objek yang selama ini mengikutimu. Tanpa bisa menjadi bentuk yang mandiri, yang tidak tergantung pada apapun.
Tanpa cahaya, kamu tidak ada.
Aku yang kini bukan bayanganmu. Aku tak butuh objek untuk terus aku ikuti. Aku bukanlah bayangan yang tidak bisa bersinar di kegelapan. Aku menciptakan sendiri bayanganku, berteman dengan cahayaku sendiri. Aku memiliki koreografi sendiri di tiap gerakanku, tidak perlu lagi mencontoh tarianmu seperti yang lalu. Aku yang sekarang, tidak lagi terjebak di belakangmu. Aku tidak lagi tergantung akan apapun.
Karena tanpa cahaya, aku tetap ada.
--
Yashica & fuji exp 2007.
No editing.
This is why I love analog <3 div="">3>
Agak gak nyangka bahwa ini sudah post ke-30. Yang berarti bahwa proyek #30HariMenulis sudah selesai. Sudah selama 30 hari saya menulis rutin di blog ini. HURAY!
Tulisan saya selama 30 hari kemaren memang random abis. Ada yang diam-diam curhat lewat short story, ada 3 post bersambung-tapi ga nyambung dalam rangka ulang tahun John Mayer, ada yang cuma fikiran-fikiran random ketika mau menulis, juga ada bikin mixtape. Yang pasti 30 hari ini otak saya dipaksa untuk berfikir cepat, mencari ide, mencari kata-kata dan menyatukannya menjadi kalimat, lalu menghubungkan kalimat-kalimat tersebut agar terpadu menjadi sebuah tulisan utuh.
Cukup banyak belajar dari #30HariMenulis ini. Dan senangnya, banyak juga menerima feedbacks yang baik-baik dari teman-teman. Terima kasih ya!
Sampai jumpa di proyek-proyek berikutnya!
day #29 - The Beginning Of A Beautiful Life
By Lalla Pratami - Jumat, Oktober 22, 2010
Busway meluncur di tengah kegelapan malam. Aku melamun di dalamnya. Di pinggir jendela di bangku terbelakang. Mataku mencari keluar jendela. Tak ada yang kutemukan selain mainan cahaya penguasa malam.
Loncatan harapan bermunculan di otakku. Apa yang ditakutkan dari sebuah harapan? Terjebak di dalamnya, takut menghadapi kenyataan. Harapan memang lebih indah dari kenyataan. Kita bisa liar menginginkan sesuatu tanpa batas, tanpa ada yang melarang, tanpa tersekat kemampuan, kuat, tapi membahayakan.
Meski tak mungkin ku menunjukkannya
Kenyataannya membuat ku sedikit gila
(Maliq & d'Essentials - Terlalu)
Shelterku masih jauh. Aku mulai mengantuk. Tapi aku tak mau tidur. Aku takut dengan mimpi-mimpiku. Karena sedalam apapun aku bermimpi, tetap kamu yang selalu ada di situ. Selama apapun mimpiku, selalu menuntunku menuju kamu. Ataukah memang hanya lewat mimpi kita bisa bersama?
Shelterku masih jauh. Aku mulai mengantuk. Tapi aku tak mau tidur. Aku takut dengan mimpi-mimpiku. Karena sedalam apapun aku bermimpi, tetap kamu yang selalu ada di situ. Selama apapun mimpiku, selalu menuntunku menuju kamu. Ataukah memang hanya lewat mimpi kita bisa bersama?
Jangan lagi kau buat dirimu tersiksa karena mencintai aku
Jangan lagi kau buang waktumu untuk coba mengubah hatiku
(Maliq & d'Essentials - Berbeda)
Mungkin memang benar. Kita berbeda. Aku menginginkanmu. Kamu tak pernah sekalipun mengharapkanku. Perasaan tidak bisa dipaksa. Sampai kapanpun selimutku tak mampu menghangatkanmu, bukan aku yang mampu melakukan itu. Bukan kita yang diinginkan dari cerita ini. Selamanya akan menjadi aku dan kamu saja.
Akhir yang bahagia tidak selamanya harus bahagia.
Akhir yang bahagia adalah di mana pilihan yang dipilih merupakan pilihan terbaik bagi semuanya dan siap untuk permulaan baru yang lain.
Aku mundur.
Aku tak lagi penasaran.
Ku denganmu selalu menjadi pertanyaan tanpa sebuah jawaban tentang cinta
Dirimu dan aku tak banyak buang waktu terus menjadi jawaban cinta
(Maliq & d'Essentials - Penasaran)
--
Semua lirik lagu diambil dari album Maliq & d'Essentials, The Beginning of A Beautiful Life. Cukup menjelaskan darimana judul posting ini diambilkah? :)
day #28 - Why Michael Cera is My Perfect Man.
By Lalla Pratami - Kamis, Oktober 21, 2010
He can play guitar well.
He's awesome.
He's geek. An awesome geek. An awesome cute geek.
I know he's smart.
He (seems) funny.
He has nice nose.
He makes me smile everytime I see him.
His hair. I can't explain why I love his hair.
His eyes. Brown and beautiful.
His shape. His height. His body. Perfect to me.
He's hot. Rewatching Juno and look how hot he was in that running short.
He doesn't act like the awesome one. He's down to earth.
He's good at what he does. He's talented.
He's only 2 years older than me (terus ngapaa).
And just like that I want him.
I want him to be real.
"A good friend stabs you in the front, not in the back." - Sitta Karina
Salah satu hal yang paling saya benci dan jijik di dunia ini adalah backstabbers. Apa susahnya sih mengkritik langsung ke orangnya? Straight to the point itu jauh lebih terhormat. Bukan malah mengumpulkan sekutu untuk menjelek-jelekkan orang, atau sama-sama gembira di atas penghinaan terhadap orang lain. Padahal tanpa mereka sadari yang mereka tertawakan adalah dosa sendiri. Oh come on, we're all grown ups. Kecuali kalau pilihan mereka adalah just growing old instead.
Melawan backstabbers bukan dengan ikut menjelek-jelekkan mereka di belakang, tidak mau kalah mengumpulkan teman untuk melawan mereka. Kalau begitu, apa bedanya kita dengan mereka? John Mayer pernah bilang, "Anybody who criticizes you is a wimp. So be you. And be you loud, and be you strong, and be you to the maximum." So why don't we just be awesome instead? Kebanyakan backstabbers sebenarnya adalah perkumpulan orang-orang iri sehingga mereka mencari-cari kejelekkan kita--dan bahkan apapun yang kita lakukan dianggap salah oleh mereka. Ketika kita menjadi awesome, orang-orang yang iri itu akan menjadi lebih kalah.
Always return bad remarks with polite smile. Toh ketika kita melakukan sesuatu yang baik, sesuatu baik yang lain akan kembali ke kita. Apapun dan bagaimanapun bentuknya.
Kadang, kemenangan adalah membiarkan mereka puas menghina kita di belakang, tanpa mereka tahu bahwa sebenarnya kita tahu dan kita senang-senang saja karena itu.
Life goes on, dan hidup kita tidak berhenti hanya karena backstabbers. We have to move on. Biar hidup mereka yang stuck karena terlalu sibuk membenci kita, bukan kita yang terlalu sibuk memikirkan cara balas dendam ke mereka.
Dengan rencana mendadak dan agak berantakan,
dengan Andre masuk ke dalam kardus kulkas dan backsound kucing sebagai kejutan,
dengan helm winnie the pooh sebagai hadiah,
dengan usia ine yang bertambah sekali lagi,
Selamat ulang tahun, Ine.
Kadang, pertambahan umur memaksa saya untuk berfikir dan bertingkah lebih matang dan dewasa lagi. Dan itu benar-benar tidak mudah. Pengalaman tidak membuat kita lebih dewasa. Menyikapi pengalaman itu lah yang sepertinya membuat kita menjadi lebih dewasa. Dan menjadi dewasa adalah pilihan, bukan takdir seperti menjadi tua.
1. Kucing. well, lebih ke phobia sebenarnya.
2. Orang yang menganggap takut/phobia terhadap kucing adalah sesuatu yang lucu. Tidak pernah ada yang lucu dengan orang yang phobia akan sesuatu. Saat lo nganggep itu lucu, dan lucu-lucuan akan phobia tersebut, you could literally kill him/her. Efek phobia kucing di gue, saat ditakut-takutin hanya sekedar nangis, gemetar, dan sesak nafas.
3. Internet yang mati kalo malem-malem. Ok, ini curhat. Dan ini menghambat ngepost 30 Hari Menulis gue. Karena pagi-sore biasanya kuliah/tidur/ngerjain skripsi/ke kantor.
4. Ririn Dwi Ariyanti.
5. Cewek manja.
6. Copycat. What's worse than being just original? Yes, a copycat.
7. Nasi dingin. Apalagi nasi dingin dan keras.
8. Orang yang kerjaannya cuma bisa komplain tapi tidak pernah sekalipun berusaha untuk melakukan sesuatu agar lebih baik.
9. Dibangunin saat tidur lagi mimpi indah.
10. Uncertainty (movie). Kenapa? Karena di situ ada adegan sex scene Joseph Gordon-Levitt, dua kali, dan itu bikin gue sebel. Sebel aja lihat pacar *dihujani durian* beradegan ranjang dengan cewek dan adegannya terlihat oke. Sebel gak sih lo? Sebel kan?
11. Cowok pake celana putih dan sepatu putih.
12. Orang yang bilang John Mayer gak enak, tapi selera musiknya band-band kelewat kini Indonesia (you know what I mean)
13. Dibanding-bandingkan. Kecuali sama Zooey Deschanel atau Ellen Page, gue benci dibanding-bandingkan dengan siapapun.
14. Sinta Jojo. Dan bagaimana media memberitakan mereka secara berlebihan.
15. Orang berkepala botak kinclong.
16. Fakefriends.
17. Backstabbers.
18. Diklaksonin dari belakang.
19. Petasan/kembang api.
20. Kamer gue diberesin sama orang lain. Atau sekedar mengoprek-oprek kamar gue.
21. Dipegang(-pegang)
22. Orang yang gak ngerti walaupun sudah dikasih tau lebih dari dua kali.
23. Orang yang memperlakukan temannya seolah-olah dia pembantunya.
24. Orang yang gak banyak kerja tapi terlalu cari muka.
25. Bitch who acts like shits. Assholes.
Jalan ini mengantarku menuju rumah. Ke tempat yang paling nyaman. Ke tempat di mana hatiku kutinggalkan.
Jalan ini lurus, berbelok-belok. Merefleksikan tiap satuan kenangan yang berjalan mundur ketika aku di atasnya. Membayangkan detil kejadian yang ingin diwujudkan.
Tapi aku masih banyak mimpi. Masih banyak usaha yang belum kulakukan untuk mewujudkan mimpi itu. Masih terlalu banyak harapan yang akan kulewatkan jika aku kembali.
Aku akan mencoba bertahan.
Hai.
Aku memang tak tahu apa yang sedang kamu lakukan di tempatmu kini berada. Aku bahkan tak tahu sedang ada di belahan dunia sebelah mana kamu sekarang. Aku memang hanya bisa sekedar menebak-nebak. Walaupun kamu bukanlah orang yang mudah ditebak-tebak.
Aku tak tahu hal-hal seperti apa yang sedang kamu persiapkan di sana. Apa saja yang biasanya kamu kerjakan ketika waktu seperti ini sudah datang. Karena dunia kita memang berbeda. Dan aku benar-benar tidak mengerti duniamu. Duniamu seperti jauh mengawang di atas langit, sedangkan duniaku tetap tinggal berpijak di tanah sini. Aku yang selalu menatapmu dari bawah, memperhatikan tiap detail pergerakanmu. Kamu hanya bisa terbang, melayang, dengan sayapmu berharap tambah tinggi, tanpa memperhatikan aku yang sejak dulu terus ada di bawah sini. Karena bagimu aku tak terlihat. Tak ada. Samar-samar.
Sebenarnya aku tak yakin pesan ini akan sampai kepadamu. Karena sampai kini pun otakku tak sampai untuk memikirkan bagaimana caranya semesta memberikanmu kesempatan untuk membaca ini. Apalagi memahami kata demi kata yang sejak dua hari lalu aku ungkapkan. But the hell with that.
Dan dengan pengharapanku yang tulus dan mendalam, aku mencoba berkhayal agar kamu akan ada di sini suatu hari nanti. Mewujudkan apa yang selama ini aku impi-impikan. Mungkin saja saat ini Tuhan sedang mengatur rencananya untuk kamu, aku dan mereka. Aneh memang malah aku yang membuat harapanku di ulang tahunmu, bukan kamu dan segala hal yang kita harap akan membuatmu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Akhirnya aku tak perlu lagi menghitung mundur. Aku tak perlu lagi menunggu untuk melakukan ini. Waktunya telah datang. Dan aku tak sabar lagi untuk sekedar mengucapkan ini.
Selamat ulang tahun, John Mayer.
You have no idea how much I love you.
Sebenarnya aku marah.
Aku kecewa padamu yang tak ingin untuk sekedar menghampiriku di sini. Aku sebal pada mereka yang tak mampu mengajakmu untuk mampir ke sini. Aku iri pada mereka yang bisa menyaksikanmu. Aku benci kepada semesta yang sepertinya menghalangiku untuk mewujudkan keinginanku yang satu ini. Semua rasa itu menyatu terbalut dalam kekesalan yang begitu menyesakkan.
Tak inginkah kamu untuk berkunjung ke sini?
Walaupun sekali saja dalam segala rangkaian kunjunganmu?
Aku mulai menghitung mundur.
Sebentar lagi.
Tahan.
Aku menghitung mundur menuju ulang tahunmu. Dua hari. 48 jam lagi. Masih terlalu rajin jika aku memberikan ucapanku kepadamu. Aku bahkan tak tahu apa yang harus kuberikan kepadamu. Kamu sepertinya sudah mendapatkan semua yang kamu inginkan. Bahkan jika ada yang kamu inginkan pun, kamu akan sangat mudah untuk segera memilikinya. Karena kamu punya segalanya.
Banyak yang sudah tahu kalau aku terlalu suka kepadamu. Bahkan setiap hari aku harus sekedar mendengarkan suaramu. Karena kamu terlalu adiktif. Dan aku kecanduan olehmu.
Aku tak pernah mengira awalnya jika rasa sukaku akan sebesar ini. Semakin aku memahami tiap kata yang kau tulis, semakin aku mengagumimu. Kamu membuka pintu baru di dalam hatiku, yang sebelumnya selalu tertutup. Membuatku melihat dunia dari jendela lain yang indah dan realistis. Mengajariku bagaimana menghadapi dunia yang terkadang sampah. Menyemangatiku untuk tetap melanjutkan jalan hidup yang memang telah dipilih sebelumnya. Meneduhkan pikiran dan emosiku dalam sesaat, menemaniku dalam kegalauan. Menahanku untuk tidak melawan orang yang menyebalkan, but be awesome instead. Kamu selalu ada di sekitarku. Selalu ada di setiap kondisi dan kejadian yang memaksaku untuk membutuhkanmu.
Rasa cinta ini ternyata berkembang begitu lebarnya sehingga aku tak peduli lagi dengan apa yang mereka perlihatkan kepada dunia tentangmu. Apa yang kamu tunjukkan siapa dan apa kamu sebenarnya. Aku tak peduli seliar apa kamu menjalani malam-malammu. Dan berapa banyak wanita yang menemanimu saat itu. Aku tak mau mendengarkan cemoohan orang tentangmu. Aku tak mau semuanya itu hanya akan mengacaukan rasaku kepadamu.
Karena kamu terlalu indah untuk dibenci. Terlalu sayang jika tidak dicintai.
Jika orang bilang cinta itu buta, padamu aku merasa cinta itu ilusi belaka.
Masih dua hari lagi.
Aku harus tahan untuk tidak mengucapkannya malam ini.
We're humans, never get enough. Even God has given you anything, you still want more. And one of the way to get more is by learning. As human, we should learn everything everyday. God gave us brain to make us curious about things, learn things, know things, and make things. And these are my 20 things I want to learn.
1. Playing flute
2. Painting
3. British accent
4. Spanish
5. Writing, writing, and writing
6. To be good cooking Italian food! :-)
7. Greek ancient history
8. Taking good photos with instant cameras (for me, it's instax)
9. Baking cakes & cookies
10. Management, so that I could manage my life (this is serious)
11. Cinematography
12. How to put everything in easy way
13. Less stalking, less curious. Because sometimes, know too much things kills me.
14. How to manage my mind and body and braveness so I wouldn't melipir/pura-pura gak liat/geter-geter norak/kaku everytime I meet him. (yang ketawa gue gampar)
15. Astronomy
16. Manage my sleeping time
17. How to not wasting my time and be creative instead
18. To be a forgetless person
19. Interior design
20. Any programming language. As an IT student, I don't really master at any programming language. I've been only fooling around and just thinking about "how to get a good score" instead of getting the knowledge itself. Poor me.
What about you?
Aku menyebutnya lime green.
Tidak ada alasan khusus sebenarnya, hanya kebetulan aku menemukannya dalam salah satu lagu The Cure, Wrong Number. Dia bukan ilusi. Dia nyata. Dia ada. Dia hanya jauh. Tak tersentuh.
Dia datang dengan mengendap-endap. Diam-diam. Tanpa suara, tanpa harapan yang tersirat, tanpa butuh banyak waktu. Tak perlu aksi yang berarti hingga akhirnya dia menunjukkan dirinya di depanku. Dia muncul begitu saja. Tanpa persiapan, tanpa senjata, tanpa tahu bahwa sebenarnya dirinya membahayakan bagiku.
Dia mengantarkanku pada satu lapis dunia yang sebelumnya tidak pernah kuketahui. Dia membagi harapannya, mimpi-mimpinya, dan kisahnya tentang itu semua. Dia membuatku nyaman untuk sekedar mendengarkan celotehannya. Dia membuatku tertawa. Dia membiarkanku kagum dengan kepintarannya. Dia bilang dia seorang dengan integritas tinggi. Apalah. Dia terus menyerangku. Menyerbu pertahananku dengan segala yang dimilikinya. Akhirnya aku kalah. Menyerah. Aku memberikan hal yang semula enggan aku bagi kepadanya: perasaan.
Lalu dengan mudahnya dia membuat layar ponselku menjadi lebih menarik. Dia seperti oase di gurun, menyejukkan dan memberikan angin segar di tengah panasnya hidup. Membicarakan tentang dia seperti berenang di laut merah. Mengapung. Tenang. Memberikan kenyamanan. Tapi aku lupa bahwa laut tetaplah laut. Ombak yang datang tidak seperti di kolam ikan. Itu dapat membuatku lenyap, tenggelam di dalamnya. Dia memang bahaya. Dan dengan segala resiko membahayakan itu aku tetap memilih melanjutkan petualangan. Entah kenapa. Aku bahkan tidak dapat menemukan alasan logis tentang ini. Yang kutahu aku hanya keras kepala.
Kemudian aku sadar bahwa aku selalu sendiri. Kedinginan. Menggigil. Dia tidak cukup mampu menyalakan api untukku. Kehangatan yang dia berikan hanyalah semu. Kenyamanan sugesti yang sesungguhnya adalah kehampaan. Kosong. Tak memiliki arti.
Hingga aku benar-benar merasakan semuanya patah. Pecah. Hancur. Pelan aku kabur. Menjauh dari harapan yang tinggal sekumpulan serpihan kenangan. Melepaskan semua atribut yang selama ini menempel di otakku. Meninggalkan bayangan yang terus mengikutiku.
Kenangan memang berbahaya. Ya, bahaya, seperti dia. Kenangan bisa menghalangimu untuk maju dan melangkah menuju kisah lain yang menunggu.
Ini memang kisah lama.
Dia tak tahu kalau ini menjadi kerapuhanku. Dia seperti awan hitam yang menghalangi sinar mentari. Yang kemudian malah menurunkan hujan, mengacaukan semua rencana sang mentari. Dia seperti angin kencang yang kubiarkan masuk sampai ke tulang. Yang walaupun sudah berlalu, sensasinya tetap tertinggal, masih terasa.
Aku mencoba menulis ini seperti yang dia inginkan tadi sore. Saat dia bilang dia ingin diceritakan, aku tak mampu menemukan plot lain selain ini.
Maaf.
Life's not about destination.
It's about the journey itself.
Sometimes we need to stop.
Sometimes we should just keep moving in.
Sometimes we get lost.
Sometimes we even need to go back to the beginning and start over again to find another way.
Life is the trip.
The longest trip we're having here.
When you think you arrive,
you're wrong.
Because life keeps moving on.
Then at the end of our life,
we know where our destination actually is:
A death.
What the hell am I talking about here?
I don't even know.
Kamu pernah merasa kehilangan?
Seperti ketika kakimu menapak di atas tanah yang baru pertama kali kau raih. Di mana sekelilingmu hanyalah sekumpulan benda asing. Ada yang kosong. Ada yang tidak ada. Ada yang hampa.
Seperti ketika badanmu melayang, mengayun di luasnya langit biru. Dengan kepakkan sayap layaknya burung yang tanpa lelah mengarungi dunia. Sendiri. Sepi. Tanpa ada teman. Tanpa ada yang merindukan.
Dan ketika segalanya semakin parah. Terjebak dalam segala yang hanya tinggal sejarah. Hari ke hari semakin sunyi. Hening. Tidak ada yang memperhatikan. Tidak ada yang mempedulikan. Tidak ada yang memberikan bantuan.
Aku di sini!
I'm in here, can anybody see me?
Can anybody help?
I'm in here, a prisoner of history,
Can anybody help?
(Sia - I'm in Here)
Can anybody help?
I'm in here, a prisoner of history,
Can anybody help?
(Sia - I'm in Here)
John Lennon bilang, you may say I'm a dreamer but I'm not the only one. Yet, we're all dreamers. Kita bermimpi setiap hari dan setiap malam. Kita bermimpi dari hal sekecil apapun sampai hal yang besar dan sifatnya mustahil. Kita bermimpi dari apa yang kita miliki hingga apa yang tidak kita miliki. Kita bermimpi untuk kita sendiri maupun untuk orang banyak. Karena mimpi itu tak terbatas. Bebas. Liar. Tak mengenal waktu. Dan kita menjadi diri sendiri.
Apa yang lebih indah dari bermimpi?
Mewujudkan mimpi itu, tentunya.
Happy 70th Birthday, John Lennon. Thank you for the good music.
--
Imagine peace adalah misi John Lennon & Yoko Ono untuk kedamaian di dunia ini.
Saya seperti tersesat di sebuah labirin.
Berputar-putar mencari jalan keluar, tapi malah kembali lagi ke asal.
Peta dan kompas benar-benar tidak lagi berguna.
--
yes. I deleted many words here.
Langit hitam. Kelam. Mencekam.
Aku berjalan pada jalan setapak yang entah di mana ini berada. Aku hanya ingin lari. Kencang. Sejauh mungkin. Tidak peduli berapa energi yang sudah kuhabiskan sedari tadi. Tidak peduli berapa kilometer lagi jarak yang harus kutempuh. Aku sudah tidak peduli apapun.
Aku ingin bertanya pada Tuhan. Mengapa setiap manusia harus menghadapi berbagai cobaan? Mengapa harus aku yang melewati rintangan seperti ini. Aku tidak kuat. Aku ingin loncat saja ke level berikutnya. Aku butuh cheat. Game shark. Apapun itu agar level ini segera terselesaikan.
Aku tidak tahu apa itu bahagia. Sepertinya kebahagiaan hanyalah permainan pikiran. Seperti penggabungan antara impian dan logika, lalu mereka melebur dalam kenyataan. Tunggu, apakah kebahagiaan itu nyata? Bukankah itu hanyalah pikiran belaka?
Temanku bilang, hidup tak boleh egois. Jangan hanya memikirkan diri sendiri dan bertingkah seolah orang lain tak ada. Menurutnya, manusia bisa melihat apapun dengan matanya, kecuali seluruh dirinya sendiri. Manusia membutuhkan orang lain untuk melihat keutuhan dirinya sendiri. Apalah, aku tak mengerti. Ini hidupku, aku yang menjalaninya, bukan orang lain. Ini mataku, terserah aku ingin melihat apa dan seperti apa.
Lalu aku berhenti berlari. Aku lelah. Nafasku terengah.
Aku lelah, Tuhan. Lelah. Tolong berhenti menyulitkanku. Aku menyerah. Jangan lagi menciptakan masalah. Seluruh badan dan logikaku tak mampu menemukan cara memecahkannya. Ini malam. Ini jalan. Ini angin. Aku tak ingin lagi menghadapi hal lain.
Aku melihat sinar. Terang. Menyilaukan. Mendekat pelan.
Dan tiba-tiba ia berlari kencang menghampiriku dengan sebuah hantaman keras.
Aku izin. Aku pergi dulu.
Surgakah?
Aku diam,
berfikir.
Tidakkah sebuah harapan adalah sifat wajar dari seorang manusia?
Tapi mengapa harapan dapat membunuh manusia itu sendiri?
Membuatnya terluka.
Merana.
Tertimpa khayalan yang terlalu tinggi.
Telak-telak mencekik asa-nya yang belum juga terpenuhi.
Tapi tanpa asa dia mati.
Menghampa.
Tak ada suara.
kamu,
kita,
dan mereka.
Maka bangunlah,
dengar apa yang kau inginkan,
baca apa yang kau miliki,
lihat apa yang dunia berikan,
dan rasakan saat kau berlari coba meraihnya.
Seolah menyambut cahaya di ujung malam.
Rasakan.
Ah.. mengapa ini semua begitu merepotkan?
Padahal aku hanya ingin kamu,
itu saja.
FML. Fck My Life.
Kemarin saya merasa benci dengan hidup saya.
Tidur kurang, pusing skripsi, ditambah lagi tiba-tiba gak dikasih izin nonton Java Rockin Land padahal sudah punya tiket untuk Jumat-Sabtu. I was beyond excited to sing along As Lovers Go with Chris Carabba (that is my favorite song for some months), and watching Billy Corgan live. Saya bahkan sedang mencari-cari lagu Arkarna untuk 'latihan' saat ibu saya tiba-tiba melarang nonton.
Setelah nangis dua ember, akhirnya saya mencoba ikhlas.
Lalu apa yang terjadi?
Hari ini saya janjian dengan orang yang mau beli tiket JRL saya hari Sabtu. Dia bilang, dia sama bandnya akan ada di EX saat presscon JRL. Ingat Unee Adisti juga mau presscon, akhirnya saya janjian ketemuan sama dia. Sampai di depan Hard Rock, Unee mulai sibuk dan saya ragu untuk bisa ikut masuk, sedangkan janjian dengan yang mau beli tiket masih setengah jam lagi. Tiba-tiba di depan Hard Rock saya melihat kehadiran Valeska yang lagi kerja di situ. Setelah ngobrol sebentar, Vale bilang kalau saya boleh masuk. Dengan hati riang gembira saya menyusul Unee yang sudah masuk duluan mencari tempat pewe untuk meliput.
Di dalam, tidak sengaja ketemu juga dengan Vero yang megang tiket hari Jumat saya, yang kebetulan juga akan saya jual. Padahal tadinya kita ribet banget nentuin kapan tiket itu bisa dikasih ke saya. Terus ternyata, yang beli tiket saya ganteng loh bahahaha (terus kenapaaa). Dan disana banyak bule ganteng sexy unyu-unyu (pardon my language, I just can't find any better word than that). Karena selain Arkarna, saat presscon juga ada beberapa band lainnya (too bad there's no Dashboard Confessional and Smashing Pumpkins--Billy Corgan masih di hotel katanyah), ada juga Gugun Blues Shelter dan dua personel Radja (HAHAHAHA penting gila).
Ternyata, kegembiraan saya belum cukup sampai di situ. Karena tiba-tiba....... ARKARNA maen!!! I was shocked. Gak nyangka. Ternyata tujuan awal hanya sekedar menjualkan tiket JRL berujung pada nonton gratis dan tak terduga Arkarna selama satu jam! Dan saya nonton ga perlu berdesak-desakkan, cukup duduk manis di kursi bar sambil menikmati Ollie dan ikut nyanyi-nyanyi So Little Time.
Lalu sampai kamar, kamera baru datang! YAAAAAYY!!
berhubung ga bawa kamera, jadi pake hp dengan kualitas ya gitu deh
Terkadang, saat kamu mengikhlaskan sesuatu untuk tidak kamu miliki, sesuatu lain yang baik akan datang kepadamu.
IMHO.
Bagaimana caranya membuka hati menyeluruh untuk sekedar memaafkan dengan hati yang tulus kepada seseorang? Jujur, ternyata saya tidak semampu itu. Ada rasa sakit yang begitu mendalam di sini, yang enggan untuk menyembuh. Yang rasanya, bekas luka itu terlalu terbuka untuk bisa tertutup dan tidak membekas.
Ataukah saya hanya masih terlalu kekanak-kanakan?
Biarkan kini saya yang meminta maaf.
Maaf, karena belum bisa memaafkan.
Oktober datang, kepala pusing. JRL 2hari, kamera baru datang, dan beberapa hal tetek bengek lainnya yang sepertinya akan banyak menguras kantong bulan ini. Karena itulah, sebagai anak kos yang uangnya sudah dijatah tiap bulan, saya harus pandai-pandai mengirit uang. Salah satu caranya dengan masak!
Di hari minggu yang gelap dan berangin kencang ini, saya pun memilih untuk masak ayam goreng disambelin dan tumis buncis. Tumis buncis terasa kurang maknyos gara-gara tidak ada persediaan cabe rawit di kulkas. Walaupun rasa pedasnya saya ganti dengan merica, tetap saja ada yang kurang (pecinta cabe rawit).
Selamat Makan!
Rasa ini bergemuruh. Membeludak. Layaknya kembang api yang melontarkan semua yang selama ini lelah ditahannya. Memberontak bersama. Dalam hati meneriakkan segala kegalauan dan beban yang rapi tersimpan.
Bawa aku pulang. Segera.
Aku ingin rumah.
"Homesick.
Because I no longer know where the home is."
Kings of Convenience
Mereka bilang, aku hijau. Entah karena aku terlalu bodoh atau karena aku tidak berpengalaman. Aku lebih suka menyebut diriku sedang belajar. Memahami hal baru yang sebelumnya belum pernah aku mengerti sama sekali.
Orang-orang di sekelilingku berkelakar bahwa mereka paling jago di hal yang kini aku pelajari. Katanya, ini semua gampang. Mereka tahu jawaban dari semua soal yang diberikan tanpa mencontek. Mereka hafal semua rumus dari semua contoh soal yang terpampang. Aku kagum. Aku memang hijau. Aku tak tahu apa-apa.
Lalu aku sadar bahwa teori hanyalah teori. Benar dan salah hanya milik matematika. Yang terpenting adalah cara, dan bagaimana aku mendapatkan jawabanku sendiri. Perjalanan mencari jawaban itulah yang membuatku tidak lagi hijau.
Kali ini aku tidak butuh buku. Aku tidak butuh mentor.
Aku hanya butuh orang yang mau menemaniku belajar.
.....kamu kah?
#eeaaa
Kamu bilang, kamu lelah tinggal di sini.
Mungkin kamu bosan hanya sendiri menetap di sini tanpa ada orang lain yang ikut tinggal di dalamnya. Terserah, aku tidak peduli. Aku tidak ingin tahu alasan apa yang sebegitu kuatnya sehingga kamu memilih untuk pergi. Aku membiarkanmu. Aku tak ingin menahanmu. Aku sudah sangat puas dengan apa yang sudah aku alami bersamamu. Kamu sudah mengenalkanku kepada hal-hal yang sebelumnya belum pernah kujamah. Kamu mengantarkanku pada tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah kuhampiri. Kamu mengajarkanku pada tiap pelajaran yang kamu baik di bidangnya, menuntunku sampai aku bisa. Kamu berjasa. Kamu sudah memberikan banyak pengalaman baru. Memberikan perasaan, menggapai harapan, berbagi kenangan. Banyak sekali.
Kamu bilang, aku menyerah.
Aku tidak mungkin menyerah hanya karena kamu. Aku adalah si petarung yang keras kepala. Selalu mencari cara untuk memenangkan pertandingan. Belajar berbagai macam jurus baru agar lawanku tidak berkutik di hadapanku. Agar walaupun tidak memenangkan pertandingan, aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Denganmu, aku sudah mendapatkan itu. Itu sudah lebih dari cukup.
Mungkin inilah persinggahan terakhirmu. Tak usah pamit. Tak ada yang perlu dipamiti. Kamu tak perlu berlari. Aku tak akan mengejarmu dan memohonmu untuk kembali. Aku sudah kapok berputar dan tersesat di labirinmu. Aku yang kini sudah jauh lebih siap untuk hal ini. Dan saat kamu berjalan keluar nanti, kamu tak usah membalikkan badanmu lagi. Karena tak akan ada lagi aku yang menatap punggungmu dan meminta kamu untuk kembali.
....
Lalu aku menyadari.
Kamu benar-benar pergi.
Tak ada lagi kamu.
Dan tak akan pernah ada.
Autism is a severe developmental disorder that begins at birth or within the first two-and-a-half years of life. Most autistic children are perfectly normal in appearance, but spend their time engaged in puzzling and disturbing behaviors which are markedly different from those of typical children. (via http://www.autism.com/)
Mungkin beberapa dari kalian pernah menggunakan kata Autis just for fun. Untuk sekedar mendeskripsikan seseorang yang suka asyik sendiri atau lebih suka menyendiri. Saya juga. Dulu.
Sampai saya punya sepupu yang mengidap autis.
Yang selalu asyik dengan dunianya sendiri,
yang tidak pernah engeh kalau ada orang lain mengajaknya ngobrol,
yang tidak bisa bicara sepatah katapun dengan jelas,
seumur hidupnya.
Bahkan karena autisnya itu,
dia tidak bisa mengutarakan betapa sakitnya dia,
sampai akhirnya ia meninggal.
Memang dia awalnya hanya sakit memar karena jatoh. Tapi sampai lusa, memarnya malah semakin membengkak. Keringat dingin sering mengucur di badannya, seperti dia sedang menahan sakit. I say once more, karena autis, dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, dia tidak bisa memberitahukan apa yang sakit, sesakit apa itu, selain hanya meraung seperti biasa.
Malam itu, dimana saat itu adalah bulan Ramadhan, dia menginap di rumah Mbah. Awalnya dia diajak pulang oleh Bapaknya setelah solat taraweh, tapi Mbah melarang karena merasa tidak tega melihat kondisinya. Atau mungkin, Mbah sudah memiliki firasat tidak enak akan dia malam itu.
Karena malamnya sekitar jam setengah 12 malam, Mbah terbangun karena raungan dia. Dia meraung keras sekali. Badannya panas, keringat dingin juga terus mengucur. Mbah lalu membuatkan susu hangat untuknya yang langsung dihabiskan oleh dia. Mbah sadar, dia sakit. Ada sesuatu yang sebenarnya dia rasakan, yang sepertinya sakit sekali, tapi dia tidak bisa mengungkapkan sakitnya itu.
Melihat keadaannya yang semakin merintih-meraung dengan badan yang panas, om saya lalu mengecek denyut jantungnya, tapi ternyata tidak ada. Di jantungnya sudah tidak terdengar denyut jantung lagi, tetapi di leher masih ada namun lemah. Panik, dia dibawa ke dokter secepatnya. Sampai di dokter, dokter hanya bilang "ini sebentar lagi". Dokter meminta untuk menunggu sampai setengah jam. Dan sekitar 12.15 dia benar-benar pergi...
Anehnya, dua hari sebelumnya saya mimpi gigi copot. Teman sebangku saya yang saya ceritakan tentang mimpi saya itu panik sendiri, "menakut-nakuti" saya kalau ada keluarga dekat yang mau meninggal. Makanya saat sebelum sahur Mbah nelepon rumah kalau sepupu saya meninggal... seluruh tubuh saya merinding.. bahkan saat saya sms teman saya dia juga ikutan merinding.
Selama 10 tahun hidupnya dia tidak bisa bicara. Dia hanya bisa meraung "Uuuhh.. Uuhhh..". Kadang di sela raungannya dia tertawa, merengek, menangis, memukul/menepuk tangannya dengan ekspresi gembira, asyik dengan dunianya sendiri.
Sebelum meninggal dia sempat terlihat adanya peningkatan. Jika ada seseorang yang mengajaknya mengobrol, dia bisa menatap orang itu, mengerti bahwa orang itu sedang mengajaknya ngobrol. Tapi ternyata, Tuhan punya rencana yang lebih baik untuknya.
Mungkin bagi kalian topik ini terlalu sepele. Dan sebagian dari kalian malah menyepelekannya. Yeah wait until you have son/daughter/whoever you love got autism. Then you're gonna stop using autis word just for fun.
Because you don't know how it hurts until it hurts you.
a·dor·a·ble [əˈdɔːrəbəl]
adjective: delightful, lovable, and charming
(The American Heritage® Dictionary of the English Language)
adjective: delightful, lovable, and charming
(The American Heritage® Dictionary of the English Language)
Dear Joseph Gordon-Levitt,
I know I'm not your biggest fan nor the only one who love you. I'm just another 20 years old girl who love to search your photos everynight, dig your videos--especially hitrecord.org ones, read your tumblr, and watch your movies on weekend. I know I sound pyscho but I'm not.
You're amazing.
Maybe you're tired when people tell you that you're amazing. And I'm sorry I have to say this once more. You're amazing. Your acting was brilliant. I love it when you play the guitar while you're singing. You look sexy with your beard. Your smile was beautiful, I'm melted. You look so handsome with shirt and tie. You're sweet, it seems like you're the cutest boy I ever like.
It started when I re-watched 10 Things I Hate About You, then I realized that I never knew that you're this sweet. You looked small, tiny, but there's something inside you that bigger than your body.
And you made me rolling-on-the-bed while watching Mysterious Skin. You made me smile on the whole 500 Days of Summer movie and I wish I were Zooey Deschanel even more. You made me scream when I watched Havoc just because I really love your hair there. You, simply made me lame. And I hate you because of it.
I love it when you replied tweets. You're friendly. You're down-to-earth. You didn't act like such an actor who play in big movies. You keep your feet stay on the ground. You don't let them fly up in the sky.
And it's Inception.
You played awesome there, people know that--people agree with me. Even when you slept--but smiling while sleep, you looked gorgeous. I had to watched Inception more than one because it's you who made me unconcentrate in some parts. It's you who's being the center of my attention. It's you the reason I re-watched Inception. It's not Leonardo DiCaprio nor Christopher Nolan, it's you.
You're not a big fish in the small pond. You're not a firefly in the light room. You're the star in every night, which always sparkle no matter how much another stars in the dark sky. You have your own light and glow with your own way. You're shining, brightly. And I dazzle.
And after all, I feel I'm enchanted by you.
Because you're so adorable.
Period.
You're amazing.
Maybe you're tired when people tell you that you're amazing. And I'm sorry I have to say this once more. You're amazing. Your acting was brilliant. I love it when you play the guitar while you're singing. You look sexy with your beard. Your smile was beautiful, I'm melted. You look so handsome with shirt and tie. You're sweet, it seems like you're the cutest boy I ever like.
It started when I re-watched 10 Things I Hate About You, then I realized that I never knew that you're this sweet. You looked small, tiny, but there's something inside you that bigger than your body.
And you made me rolling-on-the-bed while watching Mysterious Skin. You made me smile on the whole 500 Days of Summer movie and I wish I were Zooey Deschanel even more. You made me scream when I watched Havoc just because I really love your hair there. You, simply made me lame. And I hate you because of it.
I love it when you replied tweets. You're friendly. You're down-to-earth. You didn't act like such an actor who play in big movies. You keep your feet stay on the ground. You don't let them fly up in the sky.
And it's Inception.
You played awesome there, people know that--people agree with me. Even when you slept--but smiling while sleep, you looked gorgeous. I had to watched Inception more than one because it's you who made me unconcentrate in some parts. It's you who's being the center of my attention. It's you the reason I re-watched Inception. It's not Leonardo DiCaprio nor Christopher Nolan, it's you.
You're not a big fish in the small pond. You're not a firefly in the light room. You're the star in every night, which always sparkle no matter how much another stars in the dark sky. You have your own light and glow with your own way. You're shining, brightly. And I dazzle.
And after all, I feel I'm enchanted by you.
Because you're so adorable.
Period.
"I've played the smart kid, the funny one, the nice sweet one, even the angry one, but never the sexy one."
(You don't have to play the sexy one to prove the world that you're sexy, darling.)
(You don't have to play the sexy one to prove the world that you're sexy, darling.)
Aku diam. Menunduk. Menahan tangis.
"Kamu tahu ini semua akan terjadi. Dari awal kita mulai, kamu tahu akan ada bagian ini."
Kamu membalikkan badanmu. Menatapku lekat-lekat. "Tapi kenapa sekarang?"
Aku terus menunduk. Tidak berani balik menatapmu.
"Karena semakin lama, aku semakin membutuhkanmu. Semakin aku membutuhkanmu, semakin aku susah melepasmu."
Kamu mematikan rokokmu. Menginjak-injaknya dengan sepatu kanvas kesukaanmu. Badanmu bergerak semakin gelisah. "Kamu tahu berapa besar rasa sayangku kepadamu? Kamu tahu kalau ini terlalu berat untuk dilakukan?"
Aku tahu. Tahu sekali. Aku juga begitu.
Susah payah aku menahan tangis.
"Kamu tahu berapa banyak kenangan indah yang harus dilupakan? Dan kamu tahu untuk melupakan itu semua tidak mudah?"
Aku terus menunduk. Aku tahu, Gadra. Aku tahu sekali. Aku juga begitu.
Kali ini tangisku tak bisa kutahan lagi.
Kamu tertegun melihatku menangis. Kamu duduk lagi di sampingku. Tanganmu mengusap rambutku pelan, mencoba meredakan tangisku. Aku terisak. Mencoba secepat mungkin menghentikan tangisku.
"Maaf, ya." katamu lirih. "Maaf selalu saja membuatmu harus bersabar karena keegoisanku. Aku hanya belum bisa membayangkan akan hidup tanpa kamu lagi bersamaku."
Aku menyeka air mataku. "Kita sudah sepakat dari awal, ini yang akan kita pilih sebagai akhir. Aku tak bisa memaksakan kamu menjadi sepertiku, begitu juga denganmu. Aku juga sama sepertimu, merasa berat. Dan rasa sayangku kepadamu lebih dari apa yang kutunjukkan kepadamu, Gadra. Kamu tidak tahu betapa besar sesungguhnya rasa itu."
Kamu terdiam. Menatapku dengan berbagai macam ekspresi di matamu. Menunggu penjelasan apa lagi yang akan keluar dari mulutku.
"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk melupakanku dan kenangan kita. Karena ketika kisah ini mati, hanya dengan kenanganlah kita hidup. And if moving on is so much harder for you, then you could just let me go.."
"Apa menurutmu... cinta kita ini salah?" tanyamu ragu-ragu.
"Tidak ada yang salah dengan mencintai seseorang, Gadra. Aku tidak pernah merasa salah telah mencintaimu. Mungkin yang salah adalah aku membiarkanmu masuk ke dalam hari-hariku. Melepasmu bukan berarti aku tidak mencintaimu lagi. Sekarang, di sini, menurutku adalah waktu yang terbaik untuk pisah. Kali ini, biarkan aku yang egois."
"Baiklah." Ujarmu dengan berat. "Kita pisah."
Aku mengangguk. Mencoba dengan sebisa mungkin tersenyum. Tersenyum untuk kenangan dan pengalaman indah selama ini denganmu. Juga segala pelajaran yang hanya kudapatkan darimu.
Kamu memelukku erat. Lalu melepasnya, dan pergi.
Tak pernah kembali.
Siapa bilang cinta bisa mengalahkan segalanya?
Di cerita kami, cinta tetap saja kalah.
Siapa bilang cinta bisa mengalahkan segalanya?
Di cerita kami, cinta tetap saja kalah.
Oleh agama.
Post kali ini ide dari teman yang berjenggot tipis berasa seksi, Dzaki (BAHAHAHA). Dia menyarankan untuk menulis playlist saya saat hujan beserta alasannya--bukan cerita. Here. We. Go.
Hujan adalah salah satu 'kegiatan' alam yang paling saya suka. Menatap hujan, berarti waktunya untuk bermimpi, berkhayal, daydreaming. Memikirkan sesuatu yang belum saya raih, belum terjadi pada saya, maupun belum saya miliki. Ya, hujan turun berarti galau datang.
Sebenarnya tidak ada patokan lagu-lagu yang wajib saya dengarkan saat hujan. Bukan hujan yang menentukan playlist saya. Hati sayalah yang menentukan playlist saya. (There, galau mulai datang hahaha)
The Trees and The Wild - Berlin
Pertama kali dengar sealbum The Trees & The Wild, langsung suka sama lagu ini. Ada lirik di lagu itu yang bikin saya galau, dan sangat pas didengarkan saat hujan. You fade away, and I'm still waiting...
John Mayer - 3x5
Alasan mendengarkan John Mayer? Bisa-bisa sampai 2 folio panjangnya. Yang pasti lagu ini merupakan salah satu lagu John Mayer terfavorit saya. Mendengarkan suara gitarnya dicampur suara hujan menimbulkan rasa damai di hati, agak lebay emang, tapi beneran.
Keane - Somewhere Only We Know
Kalau tidak salah ingat, saya pernah 17x repeat lagu ini saat hujan. Salah satu lagu favorit saya, dan memang pas didengar kalau lagi galau berhubung liriknya yang galau total.
Sigur Ros - Ara Batur
Hujan kadang berarti waktunya untuk tidur. Mendengarkan lagu ini saat hujan sukses bikin ngantuk mendadak. Mungkin karena musiknya yang terlalu lullaby, plus dimainkan dalam 8 menit lebih.
Oasis - Don't Look Back in Anger (Accoustic at BBC)
Akustik dan hujan menurut saya adalah pasangan yang paling cocok. Tinggal dibawa ke KUA terus dikawinin aja. Dan lagu ini, salah satu lagu akustik favorit saya, dan favorit sekali untuk didengarkan saat hujan.
Soko - It's Raining Outside
Pernah banget dengerin lagu ini pas hujan, sambil mewek-mewek norak. Tepat seperti liriknya, It's raining outside I'm raining inside.
Sia - I'm in Here (Piano Version)
Suka lagu ini gara-gara dijadiin backsound adegan Blair-Chuck di episode Gossip Girl kemaren. Adegannya unyu-unyu (pardon my language) banget, dan lagu ini pas banget dijadiin backsound-nya. Sejak itu, selama hujan kemaren-kemaren, dengerin lagu ini terus. Well, pas terang juga sih. Lagi suka aja. Yang pasti (dan tentu saja) lagunya gatot, galau total.
The Beatles Chill Out - In My Life
Ini pas banget saat hujan gak terlalu besar. Suara gitarnya nenangin dan menghangatkan. Asoy deh pokoknya.
Scarlett Johansson - Falling Down
Biasa didengerin saat hujan mau berhenti. Ketika suaranya perlahan menghilang, tapi sisanya masih terasa. Dan saat itu bau hujan yang menenangkan mulai tercium.
The Cure - Mint Car
Yang ini biasa didengerin saat hujan benar-benar mau usai. Saat bau sisa hujan tercium kencang. Tapi kadang, geledek datang menakutkan.
Semuanya galau kan?
Dan terkadang, memang tidak perlu alasan logis untuk menyukai sesuatu.
Sebenarnya tidak ada patokan lagu-lagu yang wajib saya dengarkan saat hujan. Bukan hujan yang menentukan playlist saya. Hati sayalah yang menentukan playlist saya. (There, galau mulai datang hahaha)
The Trees and The Wild - Berlin
Pertama kali dengar sealbum The Trees & The Wild, langsung suka sama lagu ini. Ada lirik di lagu itu yang bikin saya galau, dan sangat pas didengarkan saat hujan. You fade away, and I'm still waiting...
John Mayer - 3x5
Alasan mendengarkan John Mayer? Bisa-bisa sampai 2 folio panjangnya. Yang pasti lagu ini merupakan salah satu lagu John Mayer terfavorit saya. Mendengarkan suara gitarnya dicampur suara hujan menimbulkan rasa damai di hati, agak lebay emang, tapi beneran.
Keane - Somewhere Only We Know
Kalau tidak salah ingat, saya pernah 17x repeat lagu ini saat hujan. Salah satu lagu favorit saya, dan memang pas didengar kalau lagi galau berhubung liriknya yang galau total.
Sigur Ros - Ara Batur
Hujan kadang berarti waktunya untuk tidur. Mendengarkan lagu ini saat hujan sukses bikin ngantuk mendadak. Mungkin karena musiknya yang terlalu lullaby, plus dimainkan dalam 8 menit lebih.
Oasis - Don't Look Back in Anger (Accoustic at BBC)
Akustik dan hujan menurut saya adalah pasangan yang paling cocok. Tinggal dibawa ke KUA terus dikawinin aja. Dan lagu ini, salah satu lagu akustik favorit saya, dan favorit sekali untuk didengarkan saat hujan.
Soko - It's Raining Outside
Pernah banget dengerin lagu ini pas hujan, sambil mewek-mewek norak. Tepat seperti liriknya, It's raining outside I'm raining inside.
Sia - I'm in Here (Piano Version)
Suka lagu ini gara-gara dijadiin backsound adegan Blair-Chuck di episode Gossip Girl kemaren. Adegannya unyu-unyu (pardon my language) banget, dan lagu ini pas banget dijadiin backsound-nya. Sejak itu, selama hujan kemaren-kemaren, dengerin lagu ini terus. Well, pas terang juga sih. Lagi suka aja. Yang pasti (dan tentu saja) lagunya gatot, galau total.
The Beatles Chill Out - In My Life
Ini pas banget saat hujan gak terlalu besar. Suara gitarnya nenangin dan menghangatkan. Asoy deh pokoknya.
Scarlett Johansson - Falling Down
Biasa didengerin saat hujan mau berhenti. Ketika suaranya perlahan menghilang, tapi sisanya masih terasa. Dan saat itu bau hujan yang menenangkan mulai tercium.
The Cure - Mint Car
Yang ini biasa didengerin saat hujan benar-benar mau usai. Saat bau sisa hujan tercium kencang. Tapi kadang, geledek datang menakutkan.
Semuanya galau kan?
Dan terkadang, memang tidak perlu alasan logis untuk menyukai sesuatu.
Tolong berhenti. Jangan lagi terus mengikutiku.
Aku tidak sekuat penampilanku. Aku lemah. Payah. Rapuh.
Susah payah aku mengatakan ini.
Aku rindu.
--
Untuk bayangannya yang ternyata masih ada di pikiran saya.
Entah berapa kali hari ini saya seperti melihat kamu.
Maaf.
Aku tidak sekuat penampilanku. Aku lemah. Payah. Rapuh.
Kamu tidak tahu betapa susahnya aku bersembunyi darimu. Kamu ada di mana-mana. Membawa senjata bernama kenangan indah. Dan kamu tahu aku tidak punya pertahanan yang kuat untuk melawan senjatamu. Kekuatanku tidak cukup untuk menghapusmu. Aku lemah. Payah. Rapuh.
Tolong jangan ketawakan aku! Kamu tidak tahu bagaimana susahnya aku menutupi ini. Selama ini aku cukup mahir bermain sandiwara. Orang lain tidak sanggup melihat isi perutku. Karena yang mereka tahu aku kuat. Aku tidak lemah. Tidak payah. Tidak rapuh.
Tolong jangan ketawakan aku! Kamu tidak tahu bagaimana susahnya aku menutupi ini. Selama ini aku cukup mahir bermain sandiwara. Orang lain tidak sanggup melihat isi perutku. Karena yang mereka tahu aku kuat. Aku tidak lemah. Tidak payah. Tidak rapuh.
Jangan kamu coba menceramahi aku. Waktu tidak dapat melupakan rasaku. Recycle Bin tidak mampu menghapus ingatanku. Kamu seharusnya tahu betul itu. Kamu terus ada di sini. Di hatiku. Menetap di dalamnya dan enggan untuk pergi walau sudah aku usir.
Cello di genggaman tanganku. Pelan, kulantunkan lagu itu.Everyone's changing, I stay the same
I'm a solo cello outside a chorus
I've got a secret,
It's time for me to tell that you've been keeping me warm
Just sweet beginnings and bitter endings
In coffee city, we borrowed heaven
Don't give it back, I've never felt so wanted
Are you taking me home?
You tell me you have to go...
In the heat of summer sunshine
I miss you like nobody else
In the heat of summer sunshine
I kiss you, and nobody needs to know
Susah payah aku mengatakan ini.
Aku rindu.
--
Untuk bayangannya yang ternyata masih ada di pikiran saya.
Entah berapa kali hari ini saya seperti melihat kamu.
Maaf.
Sama seperti hari-hari lainnya, Satya menunggu bus di halte itu.
Entah sudah berapa kali Satya harus melawan hujan badai atau panasnya matahari Jakarta hanya demi mendapat bus yang mengantarnya sampai ke rumah. Kepulan asap dan berhimpitan di dalam bus sudah menjadi lawannya setiap hari.
Dan sama seperti hari-hari lainnya pula, siang ini Satya berdiri bersandar di pagar biru sambil menunggu datangnya bus bernomor 47 yang mengantarnya pulang. Siang ini panas sekali, Satya bahkan sudah beberapa kali mengibas-ngibas kemeja putihnya, sekedar memberi angin kepada badannya yang berkeringat.
Tapi tidak, hari ini berbeda. Ada sesuatu yang menarik perhatian di halte, yang biasanya tidak ditemui. Setidaknya bagi Satya.
Seorang gadis yang juga berseragam putih-abu berdiri sekitar dua meter di depan Satya. Beberapa kali ia menoleh kiri-kanan, seperti mencari-cari bus yang dicarinya. Rambutnya yang tergerai panjang sepunggung mengikuti gerakan badannya yang gelisah. Wajahnya terlihat cemas, entah karena tidak dapat bus atau hal lainnya.
Satya menatap wajah gadis itu, lama. Pelan, ia tersenyum.
Gadis itu menarik.
"Tidak usah cemas, nanti juga datang kok."
"Baru kali ini ya nunggu bus di halte seperti ini?" Lanjut Satya, tanpa menunggu respon dari gadis itu sebelumnya.
Wajah gadis itu terlihat semakin cemas, beberapa kali ia melihat jam di tangannya.
"Menunggu itu jangan dibuat beban. Kalau begitu, waktu akan terasa berjalan lebih lambat. Ada banyak hal yang bisa kamu nikmati di sini. Memperhatikan orang misalnya, bagiku itu seperti menonton sebuah film dengan orang itu sebagai tokoh utamanya."
"Haha, Jakarta memang panas ya!" Satya tertawa pelan melihat gadis itu mengeluarkan tissue dari saku roknya untuk ketiga kali. "Kamu sebaiknya mundur dua-tiga langkah, agar kepalamu tertutup atap halte. Lumayan bisa mengurangi rasa panas. Itupun kalau kamu mau."
Bus bernomor 73 berhenti di depan gadis itu.
"Itu bus-mu?"
Gadis itu diam. Tidak menjawab. Bus 73 berlalu sambil melepaskan asap knalpot. Gadis itu terbatuk. Ia mengibas-ngibaskan tangan kanannya untuk mengusir asap. Satya tertawa pelan, lagi.
"Eh kamu tahu tidak, kalau Jakarta ini merupakan negara terjorok nomor 3 di dunia? Jorok karena polusi udara di Jakarta sangat tinggi. Dan pada tahun 2004 ada yang membuktikan bahwa peringkat pertama penyakit dari anak-anak Jakarta adalah gangguan paru-paru."
"Dan aku harus menghadapinya tiap hari. Tidak mudah memang. Tapi, life is about taking risks, kan? Ada resiko dari setiap pilihan yang diambil, kurasa."
Sebuah sedan hitam berhenti tepat di depan halte. Gadis itu tersenyum. Lega.
"Hei, mau ke mana?" Satya beranjak, kaget melihat gadis itu masuk ke dalam sedan tersebut. "Aku bahkan belum melihat wajahmu dari depan. Kita juga belum berkenalan!"
Gadis itu berlalu. Menjauh.
Meninggalkan Satya dan imajinasinya yang belum usai.
--
Mulai hari ini hingga (insyaAllah) 29 hari berikutnya saya akan mencoba "ikut-ikutan" proyek 30 Hari Menulis mengikuti jejak teman-teman saya. Yah, walaupun yang ditulis gini-gini aja tapi sepertinya proyek ini dapat melepaskan penat di pikiran (cie) hahaha. Wish me luck!
Entah sudah berapa kali Satya harus melawan hujan badai atau panasnya matahari Jakarta hanya demi mendapat bus yang mengantarnya sampai ke rumah. Kepulan asap dan berhimpitan di dalam bus sudah menjadi lawannya setiap hari.
Dan sama seperti hari-hari lainnya pula, siang ini Satya berdiri bersandar di pagar biru sambil menunggu datangnya bus bernomor 47 yang mengantarnya pulang. Siang ini panas sekali, Satya bahkan sudah beberapa kali mengibas-ngibas kemeja putihnya, sekedar memberi angin kepada badannya yang berkeringat.
Tapi tidak, hari ini berbeda. Ada sesuatu yang menarik perhatian di halte, yang biasanya tidak ditemui. Setidaknya bagi Satya.
Seorang gadis yang juga berseragam putih-abu berdiri sekitar dua meter di depan Satya. Beberapa kali ia menoleh kiri-kanan, seperti mencari-cari bus yang dicarinya. Rambutnya yang tergerai panjang sepunggung mengikuti gerakan badannya yang gelisah. Wajahnya terlihat cemas, entah karena tidak dapat bus atau hal lainnya.
Satya menatap wajah gadis itu, lama. Pelan, ia tersenyum.
Gadis itu menarik.
*
"Tidak usah cemas, nanti juga datang kok."
"Baru kali ini ya nunggu bus di halte seperti ini?" Lanjut Satya, tanpa menunggu respon dari gadis itu sebelumnya.
Wajah gadis itu terlihat semakin cemas, beberapa kali ia melihat jam di tangannya.
"Menunggu itu jangan dibuat beban. Kalau begitu, waktu akan terasa berjalan lebih lambat. Ada banyak hal yang bisa kamu nikmati di sini. Memperhatikan orang misalnya, bagiku itu seperti menonton sebuah film dengan orang itu sebagai tokoh utamanya."
"Haha, Jakarta memang panas ya!" Satya tertawa pelan melihat gadis itu mengeluarkan tissue dari saku roknya untuk ketiga kali. "Kamu sebaiknya mundur dua-tiga langkah, agar kepalamu tertutup atap halte. Lumayan bisa mengurangi rasa panas. Itupun kalau kamu mau."
Bus bernomor 73 berhenti di depan gadis itu.
"Itu bus-mu?"
Gadis itu diam. Tidak menjawab. Bus 73 berlalu sambil melepaskan asap knalpot. Gadis itu terbatuk. Ia mengibas-ngibaskan tangan kanannya untuk mengusir asap. Satya tertawa pelan, lagi.
"Eh kamu tahu tidak, kalau Jakarta ini merupakan negara terjorok nomor 3 di dunia? Jorok karena polusi udara di Jakarta sangat tinggi. Dan pada tahun 2004 ada yang membuktikan bahwa peringkat pertama penyakit dari anak-anak Jakarta adalah gangguan paru-paru."
"Dan aku harus menghadapinya tiap hari. Tidak mudah memang. Tapi, life is about taking risks, kan? Ada resiko dari setiap pilihan yang diambil, kurasa."
Sebuah sedan hitam berhenti tepat di depan halte. Gadis itu tersenyum. Lega.
"Hei, mau ke mana?" Satya beranjak, kaget melihat gadis itu masuk ke dalam sedan tersebut. "Aku bahkan belum melihat wajahmu dari depan. Kita juga belum berkenalan!"
Gadis itu berlalu. Menjauh.
Meninggalkan Satya dan imajinasinya yang belum usai.
--
Mulai hari ini hingga (insyaAllah) 29 hari berikutnya saya akan mencoba "ikut-ikutan" proyek 30 Hari Menulis mengikuti jejak teman-teman saya. Yah, walaupun yang ditulis gini-gini aja tapi sepertinya proyek ini dapat melepaskan penat di pikiran (cie) hahaha. Wish me luck!
Luka di hati itu sebenarnya sama dengan luka di badan;
yang tidak akan sembuh jika tidak diobati,
atau walaupun sudah diobati tetapi tetap meninggalkan bekas,
atau juga, kadang, walaupun tidak meninggalkan bekas, luka itu akan tetap diingat--bahwa we've been hurt before---dan itu meninggalkan trauma tersendiri di dalam diri kita bahwa kita takut kembali terluka.
Dan memaafkan kadang juga tidak berarti melupakan.
Atau mungkin saya hanya trauma untuk kembali terluka.
Itu saja.
Maybe a happy ending doesn't include a guy, maybe it's you, on your own, picking up the pieces and starting over, freeing yourself up for something better in the future. Maybe the happy ending is just moving on.
He's Just Not That Into You